Sebuah Figura Kehidupan

Cerminan Hidup Manusia yang hanya hidup sebentar!! Doa, Harapan dan Masa Depan!! Dan hidup Hanya satu Tujuan...


Photobucket - Video and Image Hosting

Lebaran sebentar lagi!
Sudah suci-kah kita?
Sudah kembali kepada-Nya kah kita,Hati kita, Cinta kita dan Semua unsur ini
Tanpa dasar dan tanpa rasa kita menjadi yang kecil di atas Kuasa-Nya.
Tanpa maksud apapun Kita menjadi sangat lemah Di Hadapan-Nya.
Tiada waktu yang akan berjalan mundur
Tiada ucap yang dapat ditelan kembali
Tiada manusia yang
Kecuali Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

mari Tingkatkan iman kita dan Sucikan Hati kita

Mohon Maaf Lahir dan Batin



Mencoba Mengembangkan Potensi Kecerdasan Jamak pada Anak
Oleh MUBIAR AGUSTIN

Semua anak adalah berbakat. Tiap-tiap anak terlahir ke dunia dengan potensi yang unik, jika dipupuk dengan benar, dapat turut memberikan sumbangan bagi dunia yang lebih baik. Tantangan terbesar adalah menyingkirkan batu besar yang menghalangi jalan mereka dalam menemukan, mengembangkan, dan merayakan anugerah yang mereka miliki itu. (Thomas Armstrong)

ASUMSI adanya potensi kecerdasan jamak pada anak muncul berdasarkan paradigma bahwa setiap anak yang lahir telah memiliki potensi genius. Thomas Armstrong menegaskan dalam tulisannya yang bertajuk Natural Genius of Children bahwa setiap anak adalah genius. Setiap anak dilahirkan dengan kemampuan tertentu. Setiap anak dilahirkan ke dunia dengan kekaguman, keingintahuan, spontanitas, vitalitas, fleksibilitas, dan banyak lagi kesenangan lain baginya. Anak kecil akan secara langsung menguasai sistem simbol yang rumit, otak cemerlang, kepribadian sensitif dan akselerasi terhadap setiap stimulasi, tanpa pendidikan secara formal. Dalam hal ini, adalah kewajiban orang tua di rumah dan guru di taman kanak-kanak untuk memelihara setiap kecerdasan anak sejak dini. Kegeniusan alami tersebut hendaklah dipelihara dan ditumbuhkembangkan secara optimal oleh orang dewasa.

Menurut Howard Gardner, kecerdasan anak bukan hanya berdasarkan pada skor standar semata (tes IQ), melainkan dengan ukuran (1) kemampuan menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan individu; (2) kemampuan menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan; (3) Dan kemampuan menciptakan sesuatu atau memberikan penghargaan dalam budaya seseorang.

Teori kecerdasan jamak (multiple intelligences) dikembangkan Gardner berdasarkan pandangannya bahwa kecerdasan pada saat sebelumnya hanya dilihat dari segi linguistik dan logika. Padahal, ada berbagai kecerdasan dan orang-orang dengan kecerdasan tipe lain yang tidak diperhatikan. Kecerdasan jamak adalah sebuah penilaian yang dilihat secara deksriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannnya untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu. Pendekatan ini merupakan suatu alat yang digunakan untuk melihat pikiran manusia mengoperasikan lingkungannya, baik yang berhubungan dengan benda-benda konkret maupun abstrak.

Bagi Gardner, tidak ada anak bodoh, yang ada anak yang menonjol pada satu atau beberapa jenis kecerdasan. Dengan demikian, dalam menilai dan menstimulasi kecerdasan anak, orang tua dan guru selayaknya dengan jeli dan cermat merancang sebuah metode khusus yang dapat membantu merangsang potensi kecerdasan jamak anak tersebut.

Kecerdasan jamak?

Kecerdasan jamak (multiple intelligence) merupakan istilah dalam kajian tentang kecerdasan yang diprakarsai oleh seorang pakar pendidikan Amerika Serikat bernama Howard Gardner. Terdapat keragaman terjemahan tentang multiple intelligences ini, sebagian orang menerjemahkan dengan kecerdasan ganda, kecerdasan majemuk dan kecerdasan jamak. Dalam tulisan ini yang dipergunakan sebagai terjemahan multiple intelligences adalah kecerdasan jamak.

Teori kecerdasan jamak bukanlah teori pertama yang menyatakan tentang adanya kecerdasan selain kecerdasan intelektual (IQ) pada diri individu. Sejalan dengan berkembangnya peradaban manusia, maka mulai terjadi juga pergeseran paradigma dalam menerjemahkan arti kecerdasan. Seperti kecerdasan emosi (emosional intelligence) yang diprakarsai Daniel Goleman (1995), kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) yang dikembangkan Ian Marshal dan Danah Johar (1993), serta emotional spiritual quetions yang dicetuskan Utsman Najati dan Ary Ginanjar Agustian (1996, 2000).

Gardner memaparkan beberapa kelebihan teori kecerdasan jamak sebagai berikut. (a) Memiliki dukungan riset multidisiplin yakni antropologi, psikologi kognitif, psikologi perkembangan, psikometri, studi biografi, fisiologi hewan dan neuroanatomi; (b) Dan apabila dibandingkan dengan teori kecerdasan lain, jumlah kecerdasan dalam kecerdasan jamak beragam, sehingga akan tampak "keadilan" dalam menentukan dominasi kecerdasan tertentu untuk tiap individu.

Menurut Gardner, kecerdasan jamak adalah kemampuan menyelesaikan masalah atau menghasilkan produk yang dibuat dalam satu atau beberapa budaya. Secara lebih terperinci Gardner menguraikan sebagai berikut, (a) kemampuan menyelesaikan dan menemukan solusi masalah dalam kehidupan nyata; (b) kemampuan menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan; dan (c) kemampuan menciptakan sesuatu yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.

Menurut Gardner, kecerdasan jamak didasarkan pada potensi biologis, yang kemudian diekspresikan sebagai hasil dari faktor-faktor genetik dan lingkungan yang saling memengaruhi. Secara umum, individu normal mampu menunjukkan bauran beberapa kecerdasan. Kecerdasan tidak pernah dijumpai dalam bentuk murni. Sebaliknya, kecerdasan tertanam dalam berbagai sistem simbol, seperti bahasa, gambar, peta, notasi musik, dan simbol matematika.

Gardner pada sisi yang lain menjelaskan bahwa kecerdasan jamak memiliki karakteristik konsep sebagai berikut ini. (a) Semua intelegensi itu berbeda-beda, tetapi semuanya sederajat. Dalam pengertian ini, tidak ada kecerdasan yang lebih baik atau lebih penting dari kecerdasan yang lain; (b) Semua kecerdasan dimiliki manusia dalam kadar yang tidak persis sama. Semua kecerdasan dapat dieksplorasi, ditumbuhkan, dan dikembangkan secara optimal; (c) Terdapat banyak indikator kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan. Dengan latihan, seseorang dapat membangun kekuatan kecerdasan yang dimiliki dan menipiskan kelemahan-kelemahan; (d) Semua kecerdasan yang berbeda-beda tersebut bekerja sama mewujudkan aktivitas yang dilakukan individu. Satu kegiatan mungkin memerlukan lebih dari satu kecerdasan, dan satu kecerdasan dapat digunakan dalam berbagai bidang; (e) Semua jenis kecerdasan tersebut ditemukan di semua lintas kebudayaan di seluruh dunia dan kelompok usia; (f) Dan saat seseorang dewasa, kecerdasan diekspresikan melalui rentang pencapaian profesi dan hobi. Kecerdasan logika-matematika yang dimulai sebagai kemampuan pola pada masa balita dan berkembang menjadi penguasaan simbolik pada masa anak-anak, misalnya akhirnya mencapai kematangan ekspresi dalam wujud profesi sebagai ahli matematika, akuntan dan ilmuwan.

Esensi teori kecerdasan jamak menurut Gardner adalah menghargai keunikan setiap individu, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah model untuk menilai mereka dan cara yang hampir tak terbatas untuk mengaktualisasikan diri di dunia ini.
http://www.pikiran-rakyat.com/




© 2006 Sebuah Figura Kehidupan | Blogger Templates by GeckoandFly.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.
Learn how to make money online | First Aid and Health Information at Medical Health